Friday 23 January 2009

BENARKAH PROFESI APOTEKER TIDAK TERGANTIKAN?

BENARKAH PROFESI APOTEKER (TIDAK) TERGANTIKAN/DIPERLUKAN ?
Begitulah kira-kira argument dari pejabat isfi pada saat memberikan pencerahan kepada anggotanya dan pendapat sebagian orang tentang profesi Apoteker. Namun benarkah demikian halnya ?

Mari kita lihat potret kefarmasian (khususnya Farmasi komunitas) di Indonesia …
DI Indonesia dalam pendirian Apotek dikenal istilah APA (apoteker pengelola Apotek) dan PSA(Pemilik Sarana Apotek) dan tenaga kerja yang direkomendasi oleh pemerintah (Apoteker,Asisten Apoteker, Juru resep dan tenaga administrasi). Konsep ini kelihatannya dianggap sudah baik dan sudah baku untuk pelayanan kefarmasian di masyarakat. Dari sini dapat kita lihat untuk melayani pasien di apotek tenaga yang terlibat adalah PSA,APA,AA, Juru Resep, tenaga administrasi.
Namun Apa yang terjadi ? Pada saat tidak ada APA maka yang terlibat adalah PSA,AA,Juru resep dan tenaga administrasi….Pada saat tidak ada tenaga APA dan AA maka dapat kita bayangkan bagaimana pelayanan kefarmasian di Apotek …..
Permasalahan seperti ini terkadang dimanfaatkan oleh PSA untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dengan mempekerjakan 1 APA non aktif, 1 AA dan banyak tenaga non kefarmasian (SMP,SMA) untuk membantu usaha apoteknya…. APAKAH INI TIDAK TERGANTIKAN/TIDAK DIPERLUKAN ...
Lalu bagaimana sikap pejabat pemerintahan di Dinas kesehatan & Pejabat ISFI dalam mengantisipasi hal seperti ini ….

Mari kita lihat potret kefarmasian di Negara tetangga Singapura…
DI Singapura nama apotek dikenal dengan istilah Pharmacy … Petugas yang terlibat dalam pelayanan kefarmasian disana adalah Pharmacist dan tenaga teknis kefarmasian. Setiap Pharmacy buka di tunggu oleh 1 tenaga Pharmacist dan 1 tenaga teknis farmasi. Tidak ada PSA dan tenaga non farmasi yang terlibat dalam pelayanan kefarmasian …. Saat saya berkunjung ke singapura saya sempatkan berkomunikasi dan berkenalan dengan tenaga pharmacist disana, dalam hati saya sangat kagum dengan pelayanan kefarmasian di singapura yang begitu konsisten dilaksanakan oleh tenaga kefarmasian …

Mari kita lihat potret kefarmasian di Negara lainnya di Saudi ARABIA …
Pada tanggal 27 November 2008 s/d 26 Desember 2008 saya kebetulan sedang menunaikan ibadah haji di mekah dan Madinah dan pada saat yang bersamaan saya sempatkan melihat pelayanan kefarmasian di sana …
Saudi Arabia adalah Negara dengan penduduk yang tidak begitu banyak, sehingga untuk tenaga kerja mereka banyak mendatangkan dari Negara tetanga di sekitarnya bahkan dari Indonesa (yang kita kenal dengan istilah TKI)

Di mekah dan madinah secara umum kegiatan kefarmasian hampir sama dengan di Indonesia.
Kalau di Indonesia di sebut Apotek, disana disebut Pharmacy
Luas apotek/Pharmacy mulai 15m2 hingga lebih dari 100m2.
Jarak antar apotek/Pharmacy kurang lebih 50 s/d 100 m
Disana ada apotek milik perseorangan seperti Al nada Pharmacy dll
Namun ada pula milik pengusaha besar seperti Al Nahdi Pharmacy, United Pharmacy, Taher Pharmacy dll.

Hal yang menarik di sana adalah seluruh pelayanan kefarmasian di apotek/pharmacy dijaga oleh pharmacist, tidak ada tenaga selain apoteker/pharmacist diapotek/pharmacy (PSA,AA,Juru resep sekalipun) ... seandainya hal seperti ini diterapkan di Indonesia mungkin disebut kebijakan yang super extrem ... padahal tenaga pharmacist di saudi arabia relatif sedikit kebanyakan pendatang dari negara lain - jazirah arab (iran, yaman, oman, india dll) namun betapa besar perhatian pemerintah pada dunia farmasi di sana.

Di Mekah
Di mekah kebetulan saya menginap di hotel As Sowfah jaraknya hanya 50 M dari Masjidil Haram dan di lantai dasar ada komplek pertokoan dan disana ada Al Nada Pharmacy, saat saya masuk saya dapati seorang warga india sendirian namanya Shake usia kurang lebih 30 th saya memperkenalkan diri bahwa saya adalah Pharmacist dari Indonesia, mereka sangat senang berkenalan dengan kami, dan kebetulan mereka adalah pharmacist yang dinas pagi sendirian. Disana ada dua pharmacist yang bertugas satu tugas shift pagi/siang, dan satu pharmacist jaga shift sore/Malam. (lihat gambar lelaki berbaju merah adalah pharmacist dari india)

Di Madinah
Saat melaksanakan kegiatan Arbain di Masjid Nabawi Madinah selama 40 waktu sholat (8 hari) Saya juga berkesempatan berkenalan dengan pharmacist di madinah dan di komplek pertokoan banyak Pharmacy/Apotek, saat saya masuk saya dapati seorang tinggi besar memakai jas warna putih (perbedaannya dengan di mekah dimedinah semuanya lebih teratur bahkan pharmacistpun semuanya memakai jas putih saat bertugas di apotek/pharmacy), saya memperkenalkan diri bahwa saya dan istri saya adalah Pharmacist dari Indonesia, mereka sangat antusias dan senang berkenalan dengan kami, dan mereka bangga sebagai Pharmacist. Dan di dinding sebelah tempat kerjanya terpampang surat Penugasan yang ditempel didinding Pharmacy tersebut dan kebetulan mereka adalah owner dari apotek namanya Abdurahman beliau berasal dari negeri Oman kami sempat berbicara panjang lebar tentang pelayanan kefarmasian disana. Darihasil dialog tersebut Setiap Pharmacy/apotek semuanya dijaga oleh Pharmacist tidak ada tenaga lain selain apoteker/pharmacist pada saat jam buka pharmacy/apotek. Sewaktu saya tanya ada berapa Pharmacist di pharmacy tersebut? Beliau menjawab ada 5 Pharmacist yang bertugas di Pharmacy yang berukuran tidak seberapa lebar-kira-kira 4x5 m2 yang diatasnya ada gudang di atapnya dengan ukuran yang sama 4x5 m2. Pagi 1 Pharmacist, Siang 1 Pharmacist , malam jam 18.00-21.00 dijaga 3 Pharmacist semuanya pharmacist laki-laki.
Semua kegiatan kefarmasian baik pelayanan maupun kegiatan administrasi dilaksanakan oleh Pharmacist. Dan mereka memunyai wewenang penuh dalam memberikan obat kepada pasien di pharmacy tersebut. Saya singgung tentang clinical Pharmacist mereka mengiyakan dan melakukan semuanya itu.
Masih belum puas dengan tempat tersebut saya mencoba melihat Apotek terbesar disana Namanya Al Nahdi Pharmacy, al Nahdi Pharmacy termasuk jaringan apotek terbesar di Saudi Arabia ternyata semuanya sama dijaga oleh Pharmacist saat jam buka Apotek/Pharmacy bahkan terkadang dua atau tiga saat jam buka Pharmacy.

Dalam Hati saya berfikir di negeri Saudi Arabia ternyata pelayanan kefarmasiannya sangat bagus dan mereka bangga dengan semua ini, tidak perduli itu milik konglomerat/perorangan semuanya tetap dijaga Pharmacist saat jam buka pharmacy. Saya tidak membahas tentang Tatap dengan pharmacist disana tetapi saya sudah melihat sendiri bagaimana pelayanan kefarmasian di sana.

Dalam hati saya berkata memang benar PROFESI APOTEKER ADALAH PROFESI YANG TIDAK TERGANTIKAN tapi Cuma di arab Saudi banyak saya temui dan sedikit sekali di Negara lain termasuk di Indonesia
Dan untuk mewujudkan ini semua tentunya peran birokrasi pemerintah dan didukung peran organisasi profesi Apoteker sangat menentukan … karena semua itu system perundang-undangan dan hukum yang mengatur…

Kalau sejawat kebetulan melaksanakan ibadah Haji/Umroh sempatkan melihat Pelayanan Pharmacy disana.

Disaat kita bingung bicara TATAP ternyata dinegara lain sudah memulai dengan bijak…

Dan dengan jumlah apoteker yang begitu banyak di Indonesia sekarang ini seharusnya kita bisa melaksanakannya.

2 comments:

CERMIN DUNIA FARMASI said...

APOTEK PROFESI
Setiap apotek sudah tentu ada apotekernya. Apotek adalah tempat dimana seorang Apoteker melakukan profesinya. Jadi sebenarnya tidak ada istilah Apotek Profesi, Apotek Rakyat, Apotek swasta, Apotek Pemerintah, karena pada setiap apotek tentu sudah ada apotekernya. Namun kenyatannya sekarang , apoteker tidak bekerja secara professional, atau tidak ada apotek profesi dimanapun di Indonesia.
Dari papan nama sebuah apotek saja, kita sudah dapat menilai bahwa apotek itu tidaklah professional sifatnya. Sebut saja apotek ARIAL, Apotek RAMI, Apotek KIMIA FARMA, atau Apotek MELAWAI. Semua apotek itu hanya, mencerminkan sebuah papan nama Apotek, bukan nama seseorang yang bekerja secara professional . Memang ada apoteker yang berkerja di apotek tersebut, tetapi nama apotek itu tidak menonjolkan pfofesionalisme dari seseorang Apoteker.
Tetapi sebaliknya , seorang PENGACARA yang professional, seorang DOKTER yang professional, dan seorang NOTARIS yang professional, mereka akan memberi nama tempat pekerjaannya sesuai dengan namanya yang benar-benar diakui nilai profesionalismenya. Sebut saja notaris ANDISETIAWAN pejabat pembuat akta tanah, pengacara ANTON SIHOMBING SH dan kawan-kawan, atau dokter anak ANDI MULIA dan lain sebagainya. Nama-nama tersebut benar-benar mencerminkan dan menonjolkan seseorang yang professional di tempat dia melakukan pekerjaan.
Apoteker yang bekerja di Apotek hanya menghiasi latar belakang sebuah papan nama Apotek. Apoteker adalah petugas biasa atau karyawan yang menjabat sebagai penanggungjawab di dalam sebuah tempat usaha, apoterker bisa saja seseorang yang karena pendidikannya ditunjuk oleh pemilik modal atau badan usaha sebagai pengelola pada sebuah apotek, atau bisa juga apoteker tersebut memiliki usaha Apotek pribadi tetapi dengan nama lain yang tidak menunjukkan nama sesuai dengan harkat dan martabat profesi yang dia sandang dari pendidikannya.
Dari nama apotek saja, kita sudah dapat menilai bahwa tidak ada hubungan professional antara nama apoteker dengan nama apoteknya. Nama apoteknya “BAHAGIA” sedangkan nama apotekernya “SITI NURJANAH “, sesuatu yang tidak professional bukan? Kenapa tidak pakai nama apotek “SITI NURJANAH” saja ?
Penggantian nama Apotek ke Nama apoteker inilah yang tidak pernah terwujud sampai sekarang ini. Apa ruginya ?Toh pemilik modal tidak akan dirugikan dengan nama tersebut ! toh setiap ganti apoteker maka surat Izin Apoteknya harus diperbaharui lagi dan tidak ada salahnya untuk diganti dengan nama apoteker pengantinya. Sampai sekarang para apoteker tidak pernah menggubris dan tidak peduli dengan arti dari pada sebuah nama apotek. Padahal nama sebuah apotek jelas akan mencerminkan siapa apotekernya. Masyarakat akan menilai sejauh mana nilai professional sebuah apotek, apotek dengan nama seorang Apoteker tentu lebih bersifat melindungi dan mengayomi masyarakat, apotek yang sesuai dengan nama apotekernya tentu lebih menonjolkan kerja profesi dari pada nilai materi, apotek dengan nama apoteker tentu lebih melindungi masyrakat dari pada apotek dengan nama yang berkedok nama komersial, apotek dengan nama apoteker tentu akan lebih menonjolkan nilai pribadi seorang apotekernya, persaingan antara sesama apotek akan sangat professional dan bersifat ilmiah dari pada yang terjadi selama ini yaitu persaingan bisnis yang tidak sehat dan saling menjatuhkan.
Apotek dengan nama yang sesuai dengan nama Apoteker pengelolanya inilah sebenarnya yang disebut dengan istilah “APOTEK PROFESI”. Sebuah “APOTEK PROFESI” akan menaikkan harkat dan martabat seorang apoteker yang bekerja secara professional disana. Apotek profesi akan menaikan kembali kepercayaan masyarakat kepada apoteker sejajar dengan profesi lainnya , seperti profesi Notaris, profesi Dokter dan profesi Pengacara . Pada “APOTEK PROFESI” , pemerintah dan organisasi ISFI tidak perlu lagi mengatur jumlah apoteker di dalam suatu apotek , mereka akan tahu sendiri berapa kebutuhan apoteker pendamping di apoteknya. APOTEK PROFESI yang tidak kompeten dengan sendirinya akan dilupakan dan ditinggalkan oleh masyarakat. “APOTEK PROFESI” yang berlaku curang dalam pekerjaannya akan langsung di adili , dilecehkan, diejek oleh masyarakat dan tuntutan hukum akan menunggunya pula.
ISFI tidak perlu lagi bekerja keras untuk mengoalkan program bernama TATAP dan mengatur jumlah apoteker pada sebuah apotek, walaupun program TATAP sampai sekarang tidak pernah berhasil karena terbentur dengan berbagai peraturan dan sikap para anggotanya, ,
Pada sebuah “APOTEK PROFESI” , apotekernya tentu akan bekerja benar-benar secara profesional , karena dia akan mempertaruhkan nama baiknya di sana, tidak ada lagi apoteker yang bekerja secara amatiran, apoteker akan berpikir ribuan kali untuk bekerja rangkap pada instansi pemerintah selain apotek yang dia kelola, apoteker tidak akan membiarkan asistennya bekerja tanpa bimbingan dan pengawasannya, dan tentu saja tidak akan ada lagi polemik ketidak becusan apotek meracik obat dalam bentuk puyer.
Namun sampai saat ini masih belum ada apoteker tampil untuk meperjuangkan hak-hanya untuk mewujudkan APOTEK PROFESI yang ideal , bahkan ketidak pedulian apoteker ini sudah berlangsung jauh lebih lama sebelumnya, sehingga apoteker sudah tidak mungkin lagi untuk mewujudkan APOTEK PROFESI tersebut.
Tentu saja untuk mewujudkan “APOTIK PROFESI” , banyak sekali pihak yang akan tidak setuju atau bahkan menentangnya terutama para pemilik Apotek yang sudah mendapat nama terkenal seperti; apotik KIMIA FARMA, apotek MELAWAI, dan lain lain yang tidak mungkin diurut satu persatu, karena menurut mereka tentu akan menyebabkan penurunan omzet penjualan dari apotek.
Kelihatannya rumah tinggal apoteker sudah diambil alih oleh para pemilik modal besar, apoteker hanya orang gajian, apoteker hanya karyawan biasa , apoteker hanya orang kos-kos-an , apoteker jangan macam-macam kalau tidak ingin di depak oleh ibu kost. Sebagai apoteker , mereka hanya sanggup berteriak “ KEMBALIKAN APOTEKKU PADAKU”. Memang dimanapun orang-orang gajian akan berada pada posisi yang lemah, orang gajian adalah orang yang tidak banyak menuntut kalau kebutuhannya sudah terpenuhi, apoteker gajian sampai kapanpun tidak akan mampu mandiri kecuali dia sanggup untuk mendirikan apotek sendiri yang professional . KAPAN APOTEKER PULANG KE RUMAHNYA SENDIRI?

SUARA APOTEKER said...

Terima kasih masukannya bagus sekali