Monday 30 June 2008

SOSIALISASI TATAP


Sebentar lagi Tahun 2009 kita akan melihat bagaimana apoteker di Indonesia sedang di uji dalam melakukan pembenahan Internal, Akan lahir apoteker-apoteker baru yang punya nilai kompetensi dan profesionalisme yang tinggi, ISFI Berbenah, BPOM Berbenah, Dinas Kesehatan Berbenah,
Kenapa mereka bebenah karena minimal bila kompak & setuju semua apoteker yang berada di sektor pelayanan kesehatan tersebut ikut mensosialisasikan apa itu program TATAP…

Berbagai kegiatan Seminar, temu Ilmiah digelar semuanya bertujuan positif demi peningkatan dan perbaikan kualitas pelayanan dan eksistensi profesi apoteker.

TATAP dapat didefinisikan Tiada Apoteker Tiada Pelayanan
Artinya Bila Tidak ada Apoteker otomatis tidak ada pelayanan di apotek tersebut …
Pelayanan yang bagaimana yang tidak ada ?
Apakah pelayanan Resep / Pelayanan obat-obat yang harus dengan resep dokter
Atau semua pelayanan di apotek harus tutup.
Terus bagaimana konsekuensinya ?
Apa dampaknya?
Siapa yang bisa menerima ? Siapa yang akan menolak ?

Mari kita belajar dari Negara tetangga kita …. Singapura misalnya

Di Singapura tempat yang memberikan pelayanan kefarmasian disebut dengan “PHARMACY”
penangung jawabnya disebut Pharmacist
Tahun 2007 tepatnya Bulan juni, saat saya berkunjung ke negeri singa tersebut saya sengaja mencoba melakukan survey di berbagai tempat pelayanan kefarmasian a.l :
1. Mall di Changi Airport Singapore - disana ada Watson Pharmacy
2. Mount Elizabeth Hospital – di dalam nya ada Guardian Pharmacy
3. Plaza Mustafa Center – Ada Watson Pharmacy
4. Plaza di pelabuhan Harbour Front didalamnya ada Watson Pharmacy

Saya mencoba mendatangi satu persatu mencari apoteker / Pharmacist dan memperkenalkan diri serta berbincang-bincang dengan pharmacist tapi ingat lho mereka terkesan lebih suka bekerja dari pada berbincang-bincang . Ada kesan mendalam bahwa di semua titik pelayanan Pharmacy semua apotekernya/pharmacistnya berada di tempat saat apotek buka mereka rata-rata dibantu oleh satu atau dua tenaga teknis farmasi & tenaga administrasi.
Masih penasaran lagi saya coba datang malam hari jam 20.00 ke Mount Elizabeth Hospital disana ada Guardian Pharmacy saya tidak ketemu pharmacistnya karena baru saja pulang namun Guardian Pharmacy masih tetap buka tetapi yang dibuka hanya pelayanan yang khusus melayani produk-produk bebas seperti suplemen dan susu sementara obat-obatan ada satu Blok/ruang tersendiri dan sudah tertutup, rupanya ruang itu yang harus ditutup bila tidak ada apoteker/pharmacistnya. Saya mencoba datang ke Instalasi farmasi di RS Mount Elizabeth mencoba menemui apoteker/Pharmacist saya ketemu dengan apoteker/pharmacist yang dinas malam hari di rs tersebut ternyata jumlah apoteker/pharmacistnya cukup banyak saya tanya apa ada 20 pharmacist kata petugas pharmacist tersebut dijawab lebih.

Dari sini saya berkesimpulan ternyata di Negara kecil Singapura sudah melaksanakan kegiatan No Pharmacist No Service (TATAP)

Bagaimana Di Indonesia ?

Apa yang perlu dipersiapkan sebelum dilaksanakan TATAP
1. Sosialisasi ? Sudah cukupkah
Bagaimana mendifinisikan TATAP ? agar bisa diterima semua pihak ?
Apa maksud diadakan TATAP ?
Apa Manfaat TATAP Bagi Apoteker, atau bagi masyarakat ?
Siapa yang mencanangkan Program TATAP ? ISFI / PEMERINTAH ?
2. Perangkat hukum
Perangkat Hukum apa yang diperlukan dalam mempersiapkan TATAP ?
Sudah cukupkah dengan Peraturan Pemerintah tentang pekerjaan kefarmasian ? Permenkes? dll
Bagaimana sanksinya ? Siapa yang bertugas memberi sanksi? BPOM, Dinkes, ISFI atau semuanya?
Bagaimana Rewardnya ?
3. Prioritas
Daerah mana saja yang perlu diprioritaskan / dilakukan uji coba ? Pusat Propinsi? Pusat kota ?
Apoteker mana yang lebih diprioritaskan ? Pengurus ISFI, Apoteker di Pemerintahan dst
4. Target
Berapa % target minimal terpenuhi ?
Bila Target tidak terpenuhi ? apa langkah berikutnya yang dilakukan ISFI
5. Dukungan
Tentunya dukungan semua pihak sangat diharapkan
- Dukungan BPOM ( Dalam melakukan pemeriksaan di apotek BPOM lebih memprioritaskan keberadaan apoteker ada/tidak baru faktor penilaian administratif)
- Dukungan Dinas Kesehatan Kab/Kota (Dukungan kepala Dinas kesehatan dan Kasie farmasi dan alkes sangat berperan dalam pembinaan apotek secara berkesinambungan)

- Dukungan ISFI tentunya ISFI cabang, Daerah dan Pusat ikut berperan penting dalam mengkondisikan dan melakukan evaluasi berhasil/tidaknya program TATAP, Pengurus ISFI baik di cabang, Daerah maupun Pusat harus berani memberikan contoh pelaksanaan TATAP lebih dulu atau kalau tidak bisa lebih baik mundur menjadi penanggung jawab suatu apotek bila memang tidak bisa melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker pengelola Apotek dengan benar Bila langkah ini berhasil baru apoteker yang di BPOM, pemerintahan, Dinas Kesehatan dll

1 comment:

agunghendro ssi apt said...

saya amat setuju dengan cara pikir dan pola pikir dari tulisan yang sejawat sampaikan,
salut........