Wednesday 1 July 2009

PERMENKES SERTIFIKASI NAKES PERLUKAH BAGI APOTEKER?



MENINDAKLANJUTI RANCANGAN SERTIFIKASI NAKES
yang dimuat dalam website isfi jawa timur http://www.isfijatim.org/
(oleh Drs. Suhartono,Apoteker)

Mari kita cermati produk hukum di Indonesia :
Di Indonesia Undang-undang yang mengatur tentang praktek dokter dan drg sudah ada yaitu UU kedokteran. Dengan adanya produk hukum UU kedokteran maka segala hal yang berkaitan dengan praktek dokter & dokter gigi termasuk registrasi, sertifikasi dan lisensinya jelas semua ada aturannya

Sedangkan produk hukum yang mengatur tentang praktek apoteker belum ada ..
Disini peran pemerintah Cq Menteri kesehatan bersama organisasi profesi apoteker seharusnya melakukan langkah langkah kongkrit menindak lanjuti hal ini.
Sehingga hal yang berkaitan dengan praktek apoteker termasuk registrasi, sertifikasi dan lisensinya belum jelas aturannya

Sepanjang tidak terkait dengan Produk hukum yang lebih tinggi (UU) Aturan Menteri tidak akan berarti.
Ada sebagian kalangan yang berpikir sempit dan melakukan jalan pintas dengan memasukkan apoteker kedalam Rancangan Permenkes tentang serifikasi nakes yang sebenarnya diperuntukkan bagi tenaga terampil bidang kesehatan Mulai setingkat SMA s/d D3 (mari kita lihat lampirannya)

Lampiran I
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor ... tentang Sertifikasi, Registrasi, dan Lisensi Kesehatan


Jenis Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan terdiri dari:
1. Perawat;
2. Bidan;
3. Apoteker;
4. Analis Farmasi;
5. Asisten Apoteker;
6. Epidemiologi Kesehatan;
7. Entomolog Kesehatan;
8. Mikrobiolog Kesehatan;
9. Penyuluh Kesehatan;
10. Administrator Kesehatan;
11. Sanitarian;
12. Nutrisionis;
13. Dietisiens;
14. Fisioterapis;
15. Okupasi Terapis;
16. Terapis Wicara;
17. Radiografer;
18. Teknisi Gigi;
19. Teknisi Elektromedis;
20. Analis Kesehatan;
21. Refraksionis Optisien;
22. Ortotik Prostetik;
23. Teknisi Transfusi;
24. Perekam Medis;
25. Akupuntur;
26. Teknik Cardiovaskuler;
27. Fisikawan Medis;
28. Perawat Gigi;


Ide Ini harus kita cermati ...
Saya tidak tahu siapa yang punya ide dengan melakukan jalan pintas seperti ini ...
Yang jelas draftnya ada
Dan ini akan berdampak sangat berbahaya bila nantinya betul-betul direalisasikan ...

Ada beberapa hal fundamental yang harus kita pikirkan lebih serius
1. Nama organisasi profesi :
diera kompetensi berbasis profesi seharusnya ISFI yang notabene anggotanya adalah Apoteker lebih berpikir bijak untuk mengikatkan diri dalam organisasi profesi apoteker bukan organisasi kesarjanaan seperti sekarang ini (Sarjana Farmasi)
Organisasi Profesi apoteker harus segera di bentuk dan diikrarkan apakah ISFI kembali merubah namanya menjadi Ikatan Apoteker Indonesia dalam konggres ISFI Des 2009 nanti atau tetap ada ISFI kemudian dibentuk organisasi apoteker baru (ini tergantung hasil Konggres nanti).

2. Praktek profesi harus lebih ditingkatkan frekuensinya
Bagi sejawat apoteker mari kita tunjukkan profesionalisme apoteker kita. Khususnya bagi yang melakukan praktek kefarmasian di apotek maupun rumah sakit mari kita tunjukkan kemampuan dan kompetensi kita agar dapat berdampak langsung dan dapat dinikmati masyarakat.

3. Magang bagi apoteker baru yang akan melakukan praktek kefarmasian di Apotek harus lebih diintensifkan.
Pengalaman saya dalam membimbing apoteker yang baru lulus dan magang di apotek. Banyak hal positif yang didapat oleh apoteker lulusan baru saat melakukan magang baik segi ketrampilan melakukan tindakan teknis kefarmasian kemampuan dalam melakukan KIE dan pharmaceutical care di apotek.

Dan sangat disayangkan apabila kemampuan dan keahlian seorang apoteker diperlakukan dan dikelompokkan dalam tenaga terampil setingkat D3 oleh orang – orang yang tidak mengerti atau orang-orang yang mengecilkan arti profesi Apoteker.

No comments: